Senin, 07 Mei 2018

BATU GIOK

Batu giok aceh pada awalnya ditemukan di pedalam nagan raya dan dibawa ke banda aceh untuk dipasarkan, karena tertarik akan pesona batu tersebut maka para pecinta batu banda aceh mengujinya di laboratorium bandung dan hasilnya sungguh luar biasa dimana batu asal nagan raya ini memiliki kualitas sebagai batu giok terbaik di dunia.
Sejak memenangkan even bergengsi batu giok di Jakarta, batu giok aceh makin tersohor, ramai penggemar batu dari beragam daerah di Indonesia seperti Jakarta, Padang, Sulawesi serta Ternate berburu batu giok aceh. diluar itu toko batu giok ini dapat melayani pesanan dari luar negeri seperti Jerman, Malaysia, Brunai serta Korea.
Batu-batu ini datang dari penambang tradisional dari Nagan Raya serta Takengon. Saat ini batu giok asal aceh adalah batu giok paling baik di Indonesia, sesaat di Dunia, Batu giok aceh ada pada urutan ketiga sesudah Burma serta Cina.
Batu giok Aceh juga mempunyai faedah yang sama hebatnya dengan batu giok yang ada di china, kelebihan batu giok aceh dibanding dengan batu giok di china yaitu dari sisi keindahan serta keragaman dari batu giok aceh yang lebih bermacam, dapat dibuktikan beberapa kali sudah batu giok aceh memenagkan kontes nasional serta internasional.
Batu giok yang di China serupa sekali dengan batu nephite yang di Aceh, tetapi batu yang paling popular di Aceh yaitu batu giok solar ataupun batu giok bio solar Aceh dan batu giok idocrase yang kerap juga di sebut dengan batu lumut aceh. Keindahan batu giok Aceh berikut yang membuatnya jadi primadona di kelompok penggemar batu mulia.
Untuk Anda yang menginginkan tahu dengan cara detil apa sesungguhnya manfaat dari Batu Giok Aceh ini, Sesudah membaca uraian di atas pasti Anda bakal dapat dengan gampang mengerti faedah batu giok aceh yang satu ini lantaran batu giok tidak cuma bermanfaat untuk orang yang sakit tetapi untuk orang yang sehat juga begitu bermanfaat untuk mejaga kesehatan supaya tetaplah fit serta Bugar.

Kopi Gayo Aceh



Saat ini di Aceh terdapat dua jenis kopi yang di budidayakan adalah kopi Arabika dan kopi Robusta Dua jenis Kopi Gayo yang sangat terkenal yaitu kopi Gayo (Arabika) dan kopi Ulee Kareeng (Robusta). Untuk kopi jenis Arabika umumnya dibudidayakan di wilayah dataran tinggi “Tanah Gayo”, Aceh Tenggara, dan Gayo Lues, sedangkan di Kabupaten Pidie (terutama wilayah Tangse dan Geumpang) dan Aceh Barat lebih dominan dikembangkan oleh masyarakat disini berupa kopi jenis Robusta. Kopi Arabika agak besar dan berwarna hijau gelap, daunnya berbentuk oval, tinggi pohon mencapai tujuh meter. Namun di perkebunan kopi, tinggi pohon ini dijaga agar berkisar 2-3 meter. Tujuannya agar mudah saat di panen. Pohon Kopi Arabika mulai memproduksi buah pertamanya dalam tiga tahun. Lazimnya dahan tumbuh dari batang dengan panjang sekitar 15 cm. Dedaunan yang diatas lebih muda warnanya karena sinar matahari sedangkan dibawahnya lebih gelap. Tiap batang menampung 10-15 rangkaian bunga kecil yang akan menjadi buah kopi.
Dari proses inilah kemudian muncul buah kopi disebut cherry, berbentuk oval, dua buah berdampingan. Kopi Gayo merupakan salah satu komoditi unggulan yang berasal dari Dataran Tinggi Gayo. Perkebunan Kopi yang telah dikembangkan sejak tahun 1908 ini tumbuh subur di Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah. Kedua daerah yang berada di ketinggian 1200 m dari permukaan laut tersebut memiliki perkebunan kopi terluas di Indonesia yaitu dengan luas sekitar 81.000 ha. Masing-masing 42.000 ha berada di Kabupaten Bener Meriah dan selebihnya 39.000 ha di Kabupaten Aceh Tengah. Gayo adalah nama Suku Asli yang mendiami daerah ini. Mayoritas masyarakat Gayo berprofesi sebagai Petani Kopi.
Varietas Arabika mendominasi jenis kopi yang dikembangkan oleh para petani Kopi Gayo. Produksi Kopi Arabika yang dihasilkan dari Tanah Gayo merupakan yang terbesar di Asia Kopi Gayo merupakan salah satu kopi khas Nusantara asal Aceh yang cukup banyak digemari oleh berbagai kalangan di dunia. Kopi Gayo memiliki aroma dan rasa yang sangat khas. Kebanyakan kopi yang ada, rasa pahitnya masih tertinggal di lidah kita, namun tidak demikian pada kopi Gayo. Rasa pahit hampir tidak terasa pada kopi ini. Cita rasa kopi Gayo yang asli terdapat pada aroma kopi yang harum dan rasa gurih hampir tidak pahit. Bahkan ada juga yang berpendapat bahwa rasa kopi Gayo melebihi cita rasa kopi Blue Mountain yang berasal dari Jamaika. Kopi Gayo dihasilkan dari perkebunan rakyat di dataran tinggi Gayo, Aceh Tengah.
Di daerah tersebut kopi ditanam dengan cara organik tanpa bahan kimia sehingga kopi ini juga dikenal sebagai kopi hijau (ramah lingkungan). Kopi Gayo disebut-sebut sebagai kopi organik terbaik di dunia.


Minyak Nilam


Ada bangunan tua berdiri di samping Masjid Kota Bakti Gampong Pasar Kota Bakti Kabupaten Pidie telah berubah menjadi industri penyulingan minyak nilam. Kilang kecil ini lahir dari tangan Ridha Al Rasyid (58 tahun), telah melakukan penyulingan minyak nilam dari petani Lamlo dan Tangse dengan biaya produksi dari modal sendiri.

Kecilnya perhatian pemerintah untuk pengembangan penyulingan minyak atsiri di daerahnya menjadikan sebuah tantangan untuk mengabdi bagi petani. Beberapa kali mengajak pemerintah daerah mendukung pengembangan dan proses pengolahan minyak atsiri petani di wilayahnya. Semasa konflik pertumbuhan ekonomi petani atsiri tidak ada, dimana banyak lahan kosong produksi telah lama ditinggalkan. Hadirnya penyulingan atsiri dengan kapasitas produksi 200 liter ini ikut menambah semangat para petani.
Broiler berbahan bakar kayu berisi air panas dengan kapasitas 300 liter telah berubah warnanya menjadi gelap. Uap air mengalir ke dalam reaktor stainsless steel kecil yang berisi nilam kering dengan kapasitas 200 liter berdiri diatas penyangga kayu. Uap panas berupa cairan campuran minyak dan air keluar dari reaktor dengan pipa menuju kondensor sebagai pendinginan. Cairan menetes dari kondensor ditampung dalam drum penampungan pertama, selanjutnya masuk kedalam drum kedua untuk dipisahkan minyak nilam dengan air.
Inilah proses penyulingan minyak nilam yang telah berhasil dipraktekkan oleh Ridha Al Rasyid. Semangatnya luar biasa dalam pengembangan penyulingan atsiri bagi petani. Dengan usahanya dapat memacu semangat petani atsiri Aceh dalam bekerja, Ia sangat berharap pemerintah bertindak dan menampung minyak produksi petani Aceh.
Menurut Insiyur Ridha, Pemerintah daerah belum berhasil mengembangkan hasil produk dari petani lokal yang laku di jual di pasar nasional dan Internasional. Kondisi ekonomi petani sangat memprihatinkan, profesi petani tidak pernah menjanjikan kekayaan dan hidup dengan serba ada. Potensi Aceh yang kaya dengan sumber daya alam terabaikan begitu saja, saatnya pemerintah memajukan petani mengenal teknologi dalam bertani.
Petani minyak atsiri hidup di bawah garis kemiskinan. Produksi minyak atsiri yang diolah secara tradisional dinilai dengan harga rendah. Minyaknya di jual kepada penampung, petani terpaksa menjual hasil olahannya kepada penampung dengan harga rendah, tergantung dari kualitas minyak yang dihasilkan.
Untuk menghasilkan 1 (satu) liter minyak, dibutuhkan 50 kg daun nilam kering (rendemen 2%). Harga daun kering di tingkat petani berkisar Rp 6.000 perkoligram. Ongkos produksi minyak nilam berkisar Rp 350.000,- perliter. Bulan oktober 2008, harga minyak nilam berkisar Rp 600.000,- s/d Rp 700.000,-, dari harga ini ada margin yang cukup besar, yaitu Rp 250.000,- perliter. Harga yang tinggi membuat sikap latah para pekebun, kembali beramai-ramai membudidayakan nilam. Pada pertengahan bulan Nopember 2008 harga meroket terus mencapai angka Rp 380.000,- perliternya.
Pemerintah daerah diharapkan menampung produk minyak atsiri, mengontrol harga, menyiapkan konsep pengolahan, memberi pendampingan dan bimbingan kepada petani. Menjelaskan kepada masyarakat bahwa pola penanaman dan mutu minyak yang dihasilkan harus sesuai dengan standar. Aceh sebagai daerah produksi minyak atsiri tidak bisa merubah masyarakatnya hidup makmur dan sejahtera. Sampai hari ini petani tidak pernah kaya, petani rata-rata miskin, bekerja ke lokasi kerja dari pagi ke sore hari. Petani ikut membantu menambah kekayaan ‘toke’ penampung. Produk dibeli dengan harga sesuai dengan kualitasnya.
Profesi sebagai petani di negara maju menjadi salah profesi yang mengiurkan. Petani menjadi pondasi perekonomian negara, seperti Amerika Serikat. Negaranya kuat karena kilang petani aktif sebagai produsen penyediaan barang bagi kebutuhan dalam negerinya. Sedangkan di Indonesia, bekerja sebagai petani adalah dipandang sebelah mata, jarang ada petani sukses dalam hidupnya. Petani Indonesia tidak berkelas, tidak memakai dasi dan naik mobil mewah. Petani Indonesia adalah petani miskin tidak terurus oleh pemerintah. Petani terabaikan dan nilai jual produk murah, tidak bisa mendongkrak kehidupan dan ekonomi keluarganya.
Padahal jika penyulingan berhasil dilakukan, tanaman penghasil minyak atsiri akan menjadi andalan pendapatan daerah. Prospek atsiri begitu besar kedepan dan dapat dikembangkan, mengingat tersedianya lahan yang subur dan kualitas produksinya terbaik. Penanaman bahan baku minyak atsiri di Aceh telah lama dilakukan oleh petani dengan cara tanam masing-masing keluarga, sampai hari ini belum ada petani terorganisir menanamnya. Ada 80 jenis tanaman yang dapat dikembangkan untuk kebutuhan tersebut. Dari 80 jenis tanaman yang telah ditemukan, 70 jenisnya dimiliki Indonesia. Beberapa malah sudah mendapat pasaran, sedang lainnya masih dikembangkan dan punya potensi yang sangat besar kedepan.
Jenis-jenis yang sudah bekembang dan telah mendapatkan pasaran dunia, seperti minyak buah cengkeh, daun dan tangkainya, pala, kemiri, kapulaga, sirih, kayu manis, jeruk perut, rimpang jahe, lajagua, nilam, serehwangi, akarwangi, mawar melati, kenanga, Ylang-ylang (bungong jumpa), minyak kayu putih, gaharu, cendana. Sedang dikembangkan seperti kemangi, kencur, temulawak, maisoia oil, kunyit, sedap malam, kapulaga, kamboja, lavender, kemukus, lengkuas, dan lain-lain. Hasil suling tersebut masih terbatas sebagai bahan mental (Crude oil) dengan harga yang cukup lumayan.
Jenis wewangian dan kaca, bukan lagi sebatas cengkeh, lada, kapulaga, melati, daun pacar. Kencur, sirih, ganja atau sebanyak 44 jenis tadi, tetapi telah berkembang lebih banyak lagi. Indonesia sebagai daerah mega biodiversitas yang terbesar di dunia setelah Brazilia, memiliki kekayaan alam dan keanekaragaman hayati diatas 30.000 jenis. Dari jumlah itu 940 jenis diantaranya merupakan tumbuhan berkhasiat obat, namun sayang sedikit yang bisa dimanfaatkan. Baru 180 jenis yang digunakan untuk industri jamu, umumnya di Jawa, selebihnya masih merupakan potensi pasar obat herbal dan fitofarmaka.
Pada Abad ke XIX, tumbuh–tumbuhan telah digunakan untuk obat–obatan, dengan cara segar atau dikeringkan. Sebelumnya digunakan sebatas untuk makanan dan minuman saja. Cina menggunakan tanaman obat-obatan sejak 2400 sebelum masehi. Misalnya Jamur Ling Zhi (jamur seribu khasiat), sebagai obat awet muda dan diabetes mellitus juga berbagai jenis penyakit lainnya. Demikian dengan tahu yang dibuat dari fermentasi kacang kedelai dan cincow yang dibuat dari jenis daun–daunan. Bermacam cara untuk memperoleh khasiat dari tumbuh–tumbuhan tersebut, baik dengan ekstaksi dengan zat tertentu atau sistem penyulingan. Minuman cola sendiri diperoleh dari ekstaksi tumbuhan kayu dan beberapa campuran tertentu, juga Essen yang beredar di pasaran adalah ekstaksi dari tumbuh–tumbuhan sesuai dengan namanya masing – masing.
Memperoleh zat–zat tersebut dalam tumbuh–tumbuhan, secara sederhana digunakan sistem penyulingan. Sistem teknologi tepat guna ini dapat dilakukan oleh siapa saja tanpa harus memiliki keahlian atau tingkat pendidikan tertentu. Minyak–minyak dari hasil penyulingan berkembang secara lebih pesat untuk kebutuhan bahan dasar kosmetika, deodorani, parfum, tissue dan spray, obat–obatan untuk kesehatan antiseptil, sabun, makanan dan minuman, disinfektan, semir dan bahan pengilap (terutama yang mengandung lilin).
Di Aceh telah ada penanam nilam pada Abad ke IV sesudah Masehi, dalam buku sastra Hindu Pidaloka dan sebelum Islam datang, telah ditemui 44 jenis wewangian dan Kaca yang hidup subur di Aceh. Potensi wewangian dan kaca inilah yang merupakan cikal bakal berkembangnya aneka jenis makanan dan minuman di Aceh yang sangat enak dan gurih serta mampu menetralisir berbagai jenis masakan ikan dan daging sehingga tidak berbau anyir.
Para pakar sependapat bahwa bukan hanya minyak nilamnya yang bermanfaat. Di India daun kering nilam juga digunakan sebagai pengharum pakaian dan permadani. Bahkan air rebusan atau jus daun nilam, kabarnya dapat diminum sebagai obat batuk dan asma. Remasan akarnya untuk obat rematik, dengan cara dioleskan pada bagian yang sakit. Bahkan juga manjur untuk obat bisul dan sakit kepala. Remasan daun nilam dioleskan pada bagian yang sakit.
Selain sebagai pengikat wangi pada parfum, kosmetika dan sebagai obat-obatan, ternyata minyak nilam berkhasiat sebagai antibiotik dan antiradang karena dapat menghambat pertumbuhan jamur dan mikroba. Minyak nilam juga digunakan untuk deodorat, obat batuk, asma, sakit kepala, sakit perut, bisul, herpes, wewangian (parfum) dan tergolong dalam jenis aroma woodsy. Minyak nilam merupakan minyak eksotik (exotic oil) yang dapat meningkatkan gairah dan semangat, serta mempunyai sifat meningkatkan sensualitas. Bisa juga digunakan untuk mengharumkan kamar tidur untuk memberi efek menenangkan dan membuat tidur lebih nyenyak (anti-insomia).
Dalam pengobatan tradisional India yang lebih dikenal dangan ayurveda, minyak nilam digunakan untuk penawar racun apabila digigit ular dan serangga. Minyak nilam murni (100%) dapat diteteskan pada kapas dan diusapkan pada bagian yang digigit ular cobra, dapat menetralisir racun/bisa ular sebagai pertolongan pertama.
Dalam perawatan kulit, minyak nilam dapat digunakan untuk mengobati jerawat, gangguan kulit, eksim, infeksi jamur, ketombe, keriput, luka, parut bekas lukam pemekaran pembuluh darah dan kapalan pada kaki.
Dalam hal psikoemosional, minyak nilam termasuk dalam terapi aroma kelas soothing dan tooning sebagai salah satu aspek pengobatan alternatif, karena minyak nilam mempunyai efek sedatif (menenangkan) dapat digunakan untuk menanggulangi depresi, gelisah, tegang karena kelelahan, stres, kebingungan, lesu dan tidak bergairah, meredakan kemarahan serta membuat tidur lebih nyenyak (anti-insomnia). Dalam penggunaannya, minyak nilam akan lebih baik apabila dicampur dengan minyak cengkeh, cendana, lavender dan mawar.
Minyak atsiri atau minyak terbang (Volatile oil) atau minyak eteris (Essensial oil). Sifat berbau wangi sesuai aroma tanaman. Penghasilnya, mudah menguap pada suhu kamar tanpa, mengalami dekomposisi ; mempunyai rasa getir (pungent taste), umumnya larut dalam pelarut organic (alkohol, eter, petroleum, benzena dll) tidak larut dalam air.
Kadar minyak atsisi nilainya bervariasi, tergantung pada varietasnya. Nilam Aceh (pogostemon cablin) tidak berbunga, kadar minyaknya tinggi (2,5 – 5%), demikian pula sifat minyaknya disukai pasar. Minyak terbang ini terbentuk melalui proses metabolisme di dalam tanaman. Tanaman nilam, minyak atsiri ibarat feromon yang mampu menarik kehadiran serangga penyerbuk. Aromanya mengusir serangga perusak tanaman.
Semua bagian tanaman nilam, mulai dari akar, batang, cabang, dan daun mengandung minyak terbang. Tetapi mutu dan rendeman dari akar dan batang nilam lebih rendah daripada daunnya.
Penggunaan minyak nilam sebanyak 5-6 tetes dalam air rendaman mandi atau sabun mandi dapat mencegah problem kulit, seperti kulit kering dan kapalan serta mencegah keriput. Campuran minyak nilam 10-15 tetes dalam 60 ml minyak pencampur dapat digunakan untuk pijat, dan beberapa tetes dicampur dengan sampoo dapat digunakan untuk perawatan rambut. Beberapa tetes minyak nilam dalam air panas kemudian uapnya dihirup dapat membantu menghilangkan stres.
Seperti penamanan nilam, salah satu komoditi handal Aceh masa dulu. Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting, menyumbang devisa lebih dari 50% dari total ekspor minyak atsiri Indonesia. Luas areal pertanaman nilam tahun 2002 sekitar 21.602 ha, namun produktivitas minyaknya masih rendah rata-rata 97,53 kg/ha/tahun (Ditjen Bina Produksi Perkebunan, 2004).
Tanaman dianggap matang dan siap panen kalau sudah berumur enam bulan atau 5-8 bulan. Bagian yang dipanen, cabang dari tingkat dua ke atas, sekitar 20 cm di atas tanah. Biasanya disisakan satu cabang di tingkat pertama untuk mempercepat tumbuhnya tunas baru. Tiga bulan kemudian cabang dan anakan baru dipanen kedua kalinya. Periode panen berikutnya setiap selang tiga bulan. Bila tanaman bagus, hasil panen dapat mencapai 3,5 – 4 ton daun nilam kering.
Pemanenan daun nilam sebaiknya dilakukan pagi hari, atau menjelang petang dan ketika musim kering dengan menggunakan sabit, gunting atau parang tajam, Tujuannya agar daun tetap mengandung minyak atsiri tinggi (2,5-5%). Pemetikan siang hari membuat daun tetap kurang elastis dan mudah robek, adanya transpirasi (penguapan air) daun lebih cepat sehingga kadar minyak atsirinya berkurang.
Nilam yang sudah dipanen dipotong-potong 3-5 cm, kemudian dijemur di bawah sinar matahari selama empat jam (pukul 10.00 - 14.00). setelah itu diangin-anginkan di atas para-para yang teduh, sambil dibolak-balik 2-3 kali selama 3 – 4 hari hingga kadar airnya tinggal 15%, kondisi ini siap di suling. Pengeringan tidak terlalu cepat atau terlalu lambat. Pengeringan yang terlalu cepat membuat daun rapuh dan sulit disuling. Pengeringan yang lambat, daun menjadi lembab dan muda ditumbuhi jamur. Akibatnya rendeman atau mutu minyak yang dihasilkan menurun. [dsb]


Timah


Tahun 2009, Pemerintah Kabupaten Aceh Timur menargetkan pertambangan timah hitam di Kecamatan Lokop sudah mulai berproduksi, sehingga dapat menjadi sumber baru bagi pendapatan asli daerah (PAD) dan akan membuka peluang kerja serta peluang berusaha bagi masyarakat.

Demikian disampaikan Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan, Koperasi dan UKM Aceh Timur, Syaifanur SH MM, kepada MedanBisnis,  Kamis (14/5), di ruang kerjanya.
“Selain telah melakukan survei tentang keberadaan timah hitam di Kecamatan Lokop, pemerintah daerah juga telah mengeluarkan enam kuasa pertambangan dan dari enam kuasa itu hanya tiga aktif. Tahapan eksporasi telah mencapai tahapan akhir dan kini hanya tinggal menuju ke tahapan eksploitasi yaitu operasi produksi,” kata Syaifanur.
Dijelaskan, pengekploitasian pertambangan timah sesuai dengan Undang-Undang (UU) Nomor 4 Tahun 2009 tentang pertambangan, mineral dan batu bara. Selain itu, juga saat ini pemerintah sedang merancang qanun yang terkait masalah tersebut.
“Pemerintah daerah juga akan mengeluarkan kebijakan. Diantaranya mempersiapkan investor, perangkat hukum, memberikan kesempatan investor dengan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan masayarakat disamping melakukan perkembangan pertambangan rakyat,” paparnya.
Selain akan memproduksi pertambangan mineral timah hitam, juga ada beberapa lagi potensi pertambangan yang akan diproduksi. Diantaranya, batubara atau karbon yang berada di Kecamatan Banda Alam dan Indra Makmur, serta biji besi yang terletak di Kecamatan Lokop dan Simpang Jernih.
”Untuk kedua jenis potensi pertambangan tersebut pemerintah menargetkan akan memproduksi pada tahun 2010 – 2011,” jelasnya.
Sedangkan untuk batubara, pemerintah akan berencana mengembangkan pola pertambangan rakyat. Namun, tentunya harus juga didukung oleh pemilik modal dan BUMD, serta masyarakat itu sendiri melalui koperasi. Saat ini, untuk produksi batubara ini telah sampai pada tahapan perizinan masyarakat.
Sementara itu, untuk biji besi saat ini pemerintah daerah sedang melakukan uji laboraturium, untuk mengetahui apakah biji besinya memenuhi persyaratan. “Diharapkan, rencana ini berhasil sehingga bisa berproduksi dan ini semua juga tergantung dari cadangan deposit dan kualitas mineral,” ujar Syaifanur.
Untuk menyukseskan pertambangan tersebut, Syaifanur juga mengharapkan dukungan semua pihak. Karena dengan beroperasinya pertambangan tersebut, selain akan meningkatkan PAD juga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.


Batu Bara


Meulaboh-TAMBANG. Provinsi Nangroe Aceh Darusallam (NAD) akhirnya memiliki tambang batu bara terpadu pertama yang beroperasi. Hal itu terjadi setelah Gubernur NAD, Zaini Abdullah meresmikan operasional terpadu tambang batubara PT Mifa Bersaudara (Mifa) di Aceh Barat, Aceh pada Rabu, (22/4).

Zaini mengatakan, peresmian industri batu bara terintegrasi milik PT Mifa Bersaudara menunjukkan ke dunia luar bahwa Aceh memiliki potensi sumber daya alam batu bara yang selama ini belum diketahui oleh banyak pihak.

Selain itu, peresmian tersebut juga membuktikan bahwa Aceh adalah tempat yang layak, aman dan nyaman bagi investasi dan Aceh akan mendukung segala bentuk investasi positif yang menguntungkan bagi masyarakat, daerah dan juga pengusaha.

“Investasi Mifa yang nilainya di atas Rp 2 Triliun lebih membuktikan pada semua pihak, Aceh adalah tempat yang layak dan nyaman untuk investasi di berbagai sektor. Pemerintah serta masyarakat Aceh akan mendukung kelancaran operasional perusahaan,” kata Zaini.

Ditambahkan Zaini, pada 2014, investasi yang masuk ke Aceh sudah mencapai Rp 62,3 Triliun. Dalam jangka panjang, Pemprov  ingin sumber daya Aceh lebih digunakan untuk kepentingan Aceh dan dalam negeri. Zaini meminta PLN untuk menggunakan batu bara Aceh dalam operasional PLTU Nagan milik PLN.

PT Mifa Bersaudara merupakan perusahaan tambang pertama yang berproduksi di Aceh Barat dan industri batubara pertama di Aceh. Mifa sudah memulai produksinya sejak Oktober 2012 lalu dengan mengirimkan batubaranya ke Aceh Besar melalui laut. Mifa yang merupakan anak perusahaan Media Djaya Bersama (MDB) dan bagian dari Grup Reswara Minergi Hartama di bawah payung PT ABM Investama Tbk telah menyelesaikan pembangungan infrastruktur operasional tambang terpadu dan telah memasuki fase komersialisasi sejak awal 2015 lalu.

Mifa memerkenalkan batu bara Aceh ke dunia internasional ditandai dengan telah dimulainya ekspor batu bara Aceh ke India melalui pelabuhan khusus yang dikenal dengan Terminal Khusus (Tersus) Batubara Mifa Bersaudara di Peunaga Cut Ujong, Meurebo, Aceh Barat. Tahun ini Mifa memiliki target produksi hingga 3 juta ton batu bara.